DUNIA KU DUNIA SAGARA

MY LIVE MY LOVE AND MY SOUL

October 30th, 2011

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Thousand Years

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

My Precious Gift

Lilypie - Personal pictureLilypie Pregnancy tickers

Saturday, July 14, 2012

Jika Aku Menjadi "Trip In Lerahinga Village Lembata NTT"

Pertama sampai di Lewoleba, gue amat sangat takjub dengan bandara sederhana tapi pemandangannya amat sangat luar biasa... kereeeenn!!!!! benar2 celingak celinguk liat pemandangan keren itu.. tp gak lama karena gue sama lina diusir sama petugasnya. katanya pesawatnya mau berangkat lagi ke Kupang. wah, pak pilot ganteng nyetir pesawat apa angkot ya? hehe. Ternyata gue sama Lina udah djemput Om Ardi dan Om Tian.. untuk dianter ke hotel Palm di Lewoleba.

Yak sampai hotel gue takjub karena tuh hotel bagus tapi gak di tengah kota. dan mereka gak menyediakan makanan meskiun nyediain list makanan. so, kesulitan lagi deh cari makan apalagi di NTT mayoritas non muslim *maaf* jadi mau gak mau gue dan teman2 mesti hati2 cari makan.

Besoknya gue dan tim dijemput om tian dan om ardi menuju desa pertama. Desa Lerahinga... Perjalanan cukup memakan waktu kira2 satu jam lebih dari Lewoleba. Awalnya kita semua mampir ke kecamatan Lebatukan  Kabupaten Lembata NTT, setelah izin pak Camat kita lanjut ke Lerahinga (desa berstatus ODF).

Masjid di desa Dekisare
Sesampainya di Lerahinga *di balai desa*  kita disambut oleh aparat desa. yak *maaf* mukanya agak serem, obrolan sangat kaku dan ketika om tian bilang klo tim akan menginap salah satu aparat desa menyatakan "tiga orang ibu2 ini dipisah saja tinggalnya" jleb! kaget banget, benar2 takut diapa2in. tp harus ttp optimis dan berbaik sangka. setelah obrolan panjang lebar akhirnya kami sepakat untuk menginap di rumah bapa desa. sebelum kesana kami akhirnya mampir ke Desa Dekisare... 

Desa Dekisare adalah desa heterogen dimana penduduknya ada yang muslim dan non muslim, disana juga terbangun mesjid.. luar biasa! mereka saling meghargai karena selam di NTT dan Kupang akhirnya hari ini gue bs denger suara pengajian dan adzan.. kebetulan saat itu akan dilaksanakan shalat jumat... selain berdirinya mesjid, di desa ini juga memiliki pantai yang sangat indaaaah... ah ingin kesana lagi deh... 

Dan inilah pemandangan di desa Dekisare yang menurut gue... keren banget dan bikin gue pengen kesana lagi.. 
Tepi Pantai di Desa Dekisare
Sisi kiri pantai di Desa Dekisare

sisi lain di Pantai Desa Dekisare
Dan inilah pemandangan indah pantai di Desa Dekisare
  
Mari bermain air hihi...

selain itu Desa Dekisare rencananya akan dijadikan tempat wisata namun masih ada yag harus disiapkan dan diperbaiki. Karena akan dijadikan tempat wisata, di pinggir pantai desa Dekisare terdapat ibu2 penjaja makanan makanan sederhana, hasil pancingan mereka langsun dari laut. dan harganya sangat muraaah.. wah liburan amat menyenangkan sekali kalo kesini...








Ketupat, ikan laut dan sambal khas desa Dekisare
Ini nih mama penjaja makanan di tepi pantai Desa Dekisare
Selesai dari jalan2 di Desa Dekisare, eh observasi yah haha.. akhirnya kita semua kembali ke Lerahinga, rumah bapa desa. Di Lerahinga gue sm Lina menginap di rumah bapa desa, sedangkan spv gue menginap dirumah sekdes. Malam pertama agak bingung, meskipun ternyata penerimaanya sangat baik tapi gue dan teman2 haru beradaptasi dengan karakter, makanan dan gaya hiup mereka serta yang terpenting adalah harus terbiasa tidak ada air, listrik, dan sinyal pastinya. Disinilah petualangan dimulai...



Gapura Deklarasi STBM Desa Lerahinga


Gapura Desa Lerahinga - cerminan kebiasaan warga Lerahinga
(gambar kiri - bapa mengambil buah lontar untuk dijadikan arak
gambar kanan mama membuat jagung titi)
bapa desa dan mama desa
3 hari 2 malam kami menginap disini, banyak banget pengalaman berharga, kenangan yang gak mungkin gue lupakan desa Lerahinga...yah, benar kata orang kesan pertama begitu menggoda selanjutnya gue bener2 jatuh cinta sama desa dan penduduknya yang begitu ramah.

untuk wawancara tidak ada yang berbeda. waktu wawancara terkadang malah lebih cepat bila dibandingkan dengan waktu di sumedang, namun untuk probing agak kesulitan. karena kebanyakan dari warga desa tidak memiliki penghasilan hasil panen digunakan untuk makan sehari-hari. begitu juga dengan hasil tangkap ikan di laut, jika menangkap lebih akan dijual ke pasar saat hari pasar yaitu hari sabtu , namun umumnya hasil ikan tangkapan digunakan untuk dimakan sehari2. Sama seperti di sumedang warga desa Lerahinga sangat menghargai arti uang. namun bedanya medan wilayah desa ini lebih berat. 

hasil tangkapan ngelaut para warga desa Lerahinga
Warga desa ini jg memiliki prinsip harga diri yang tinggi dan pantang untuk dikasihani oleh orang lain. mereka juga memliki rasa kepedulian dan rasa saling menghargai yang tinggi, gotong royong atau "gemohing" juga ada di desa ini. 

saat FGD khusus bapak-bapak
Untuk adaptasi, ternyata keluarga bapa desa menerima kami dengan amat sangat baik, warga pun sangat baik. istilah bapa desa kepada kami "jika ibu mereka bertiga (red-gue dan tim) ke desa ini maka pantai adalah objek wisata kalian, maka ibu mereka adalah objek wisata kami" its mean kita seleb disini.. yaaa, karena mereka menyambut kami dengan amat sangat baik, mereka memperkenalkan kami di depan seluruh warga setelah mereka ibadah di depan gereja. 
mereka pun selalu menyapa kami jika kami berjalan atau observasi di desa. "selamat pagi nona" atau "selamat" . gue harus benar2 adaptasi sama yang namanya 'anjing', disana anjing seperti kucing disini berkeliaran dan dipelihara. anjing2 itu suka mengendus2 dan menjilat saat wawancara, :( dan gue yang phobia anjing harus bersikap wajar saat tuh anjing2 mulai melancarkan aksi mereka, untungnya warga mengerti dan mengusir anjing2 itu.

saat FGD khusus Ibu-ibu
yah itulah mereka, meskipun gue dan tim berbeda namun mereka benar2 tolerasi kepada kami. ada satu hal yang membuat gue terharu adalah ketika akan makan ayam, 
mama desa (istri bapa desa) menanyakan apakah "nona bisa potong ayam?"
gue kaget, mama melanjutkan "jika kami yang potong, pasti kalian tidak akan makan"
gue pun menjawab "tidak bisa, terimakasih mama tp tidak usah repot kita makan yang ada saja"
mama desa " baiklah saya akan suruh desa sebelah, yang muslim untuk potong ayam"
dan malamnya kita makan ayam kecap setelah mama desa bilang "kami potong ayam untuk ibu mereka di desa sebelah"
dan gue salut sama mereka, benar2 menghargai gue dan temen2.

salah satu keluarga yang menjadi responden
suasana di depan gereja saat pulang ibadah
dan mengenalkan kami sebagai tim peneliti
Untuk soal makanan, hemmm... makanan disini seperti biasa.. ikan, daun2an dan sambal super pedasnya.. tapi nasinya pake beras merah dicampur beras putih. 
mama sedang buat jagung titi
oh ya, lupa makanan khas disini adalah jagung titi (biji jagung dimasak satuan dalam kuali tanpa garam dan minyak, lalu diambil pake tangan, kemudian di taro diatas batu dan digpruk pake batu. dan jadilah jagung titi --> rasanya mirip cornflake cuma gak gurih aja), minuman yang khas adalah air nira (air kelapa) namun air ini memabukkan karena sudah dicampur akar2an --> yang ini gak coba, lalu ada lagi makanan yang namanya belawan (ikan mentah ditumbuk halus, dicampur kemangi dan air cuka yang banyak --> not reccomended untuk yang punya maag krn gue sakit perut abis makan ini, soal rasa yaa aseeeem banget karena air cukannya dijadiin kuah, kaya kuah sop gt deh).

pisang goreng, jagung titi dan sambal dadak extra pedas
jadwal makan di desa ini sehari bisa 5x makan, yah mungkin karena medan area desa berat dan mata pencaharian mereka petani atau ambil daun2an di hutan jadi butuh tenaga banyak. 
Setiap sarapan kami makan jagung titi, ubi pisang goreng dan kopi susu. oh ya, ada makanan yang menurut gue enak yaitu ubi hutan dan kacang hutan. kita semua sempet makan pas lagi rapat adat. rasanyaaa enak beda sama kacang dan ubi biasanya. cuman buat ngambil ubi dan kacang di hutan ini tidak bisa sembarang orang -__-'

hari terakhir dan malam perpisahan adalah malam yang tidak bisa gue lupakan, dimana semua aparat desa kumpul di rumah bapa desa, kita makan malam bersama, bercerita dan bersenda gurau. bahkan Pak Te sesepuh didesa itu datang, dan menceritakan banyak cerita lucu. dia juga membca puisi yag menurut gue sangat aneh tapi yah akhirnya lucu... kata2 pak Te yang paling gue inget adalah "Lerahinga bersatu, Lerahinga kecil tp pedas. jalannya lurus tidak bengkok-bengkok" Pak Te membawakan dengan gaya dan tawanya yang khas.. yang bikin suasana malam itu benar2 cair dan rasanya tidak mau pulang hehehe... 

melihat matahari pagi di Lerahinga
Lerahinga di pagi hari
Ya, benar Lerahinga kecil tapi pedas, Lerahinga memang desa kecil namun sangat berati.  Banyak kenangan yang gak mungkin bisa gue tuliskan semuanya disini. tapi hanya bisa gue simpan dalam hati :) Ya, Lerahinga memang tempat persinggahan terbaik. sesuai arti nama Lerahinga yaitu tempat persinggahan matahari. 

Lerahinga desa persinggahan matahari
aktivitas warga pulang menangkap ikan di pagi hari
Note: Seperti kata mama desa : "Lerahinga memang yang pertama dan mungkin akan terlihat baik namun selanjutnya ibu mereka akan bertemu dengan orang2 yang lebih baik dari kami dan mungkin suatu saat akan melupakan kami?"


berpose bersama mama, bapa, nona dan noe di depan gapura STBM Lerahinga..
kenangan yang tak mungkin akan terlupakan...

benarkah seperti itu mama? ohh... bagi gue, Lerahinga memang tempat persinggahan terbaik meskipun hanya sebentar tp paling berkesan dan tidak akan terlupakan. jadi tidak sabar buat menulis tentang 3 desa selanjutnya. :)








Bekasi, 14 July 2012.
In My Room
11.40 PM
#CatatanPerjalananLesti  yang tertunda
Lesti Primandari Putri












No comments:

Post a Comment